KATA
PENGANTAR
Segala puji
hanya milik Allah SWT yang telah memberikan kenikamatan kepada kita
semua yaitu nikamat islam dan iman. Shalawat dan salam
selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan
rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah penembangan system evaluasi PAI.
Makalah tentang VALIDITAS
REHALIBITAS PENILAIAN ini, kami
sajikan berdasarkan berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah
ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa kami sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jau dari sempurna. Untuk itu,
kepada dosen pembimbing meminta masukannya
demi perbaikan pembuatan makalah saya di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca.
Penyusun
Kelompok
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perkembangan konsep penilaian
pendidikan yang ada pada saat ini menunjukkan arah yang lebih luas. Penilaian
program pendidikan atau penilaian kurikulum menyangkut penilaian terhadap
tujuan pendidikan, isi program, strategi pelaksanaan program dan sarana
pendidikan. Penilaian proses belajar-mengajar menyangkut penilaian terhadap
kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru-siswa dan keterlaksanaan
program belajar-mengajar. Sedangkan penilaian hasil hasil belajar menyangkut
hasil belajar jangka pendek dan hasil belajar jangka panjang.
Dengan demikian, inti penilaian
adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu
berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut
berlangsung, baik dalam bentuk validitas maupun reliabilitas. Hal ini
mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa.
Keberhasilan mengungkapkan hasil dan proses belajar siswa sebagaimana adanya
(objektivitas hasil penilaian) sangat tergantung pada kualitas alat
penilaiannya di samping pada cara pelaksanaannya.
B. Rumusan
Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah
dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimanakah
validitas dalam penilaian?
2. Bagaimanakah
reliabilitas dalam penilaian?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
maka penulis dapat menguraikan tujuannya yaitu:
1. Untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas dalam penilaian.
BAB II
PEMBAHASAN
Keberhasilan mengungkapkan hasil dan
proses belajar siswa sebagaimana adanya (objektivitas hasil penilaian) sangat
bergantung pada kualitas alat penilaiannya di samping pada cara pelaksanaannya.
Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut
memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatan atau validitasnya dan
keajegannya atau reliabilitasnya.
A. Validitas
1. Pengertian
Validitas
Menurut Azwar (1986) Validitas
berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan
mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi
ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan
menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Validitas berkenaan dengan ketetapan
alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa
yang yang seharusnya dinilai. Sebagai contoh menilai kemampuan siswa dalam
matematika. Misalnya diberikan soal dengan kalimat yang panjang dan
berbelit-belit sehingga sukar ditangkap maknanya. Akhirnya siswa tidak dapat
menjawab karena tidak memahami pertanyaannya. Contoh lain adalah menilai
kemampuan berbicara, tetapi ditanyakan mengenai tata bahasa atau kesastraan
seperti puisi atau sajak. Penilaian tersebut tidak tepat (valid). Validitas
tidak berlaku universal sebab bergantung pada situasi dan tujuan penilaian.
Alat penilaian yang telah valid untuk suatu tujuan tertentu belum otomatis akan
valid untuk tujuan yang lain.
Contoh prestasi belajar dan motivasi
belajar dapat dinilai oleh tes ataupun oleh kuisioner. Caranya juga bisa
berbeda, bisa dilaksanakan secara tertulis atau bisa secara lisan. Ketentuan
penting dalam evaluasi adalah bahwa hasilnya harus sesuai dengan keadaan yang
dievaluasi. Mengevaluasi dapat diumpamakan sebagai pekerjaan memotret. Gambar
potret atau foto dikatakan baik apabila sesuai dengan aslinya. Gambar
pemotretan hasil evaluasi tersebut di dalam kegiatan evaluasi dikenal
dengan data evaluasi. Data evaluasi yang baik sesuai dengan
kenyataan disebut data valid. Agar dapat diperoleh data yang valid,
instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Jika pernyataan tersebut
dibalik, instrumen evaluasi dituntut untuk valid karena diinginkan dapat
diperoleh data yang valid. Dengan kata lain, instrumen evaluasi dipersyaratkan
valid agar hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi valid.
2. Macam-Macam
Validitas
Di dalam buku Encyclopedia
of Educational Evaliation yang ditulis oleh Scarvia B. Anderson dan
kawan-kawan disebutkan: “A test is valid if it measures what it purpose
to measure”, yang dapat diartikan “sebuah tes dikatakan valid apabila tes
tersebut mengukur apa yang hendak diukur”. Dalam bahasa Indonesia “valid”
disebut dengan istilah “sahih”. Sebenarnya pembicaraan validitas ini
bukan ditekankan pada tes itu sendiri tetapi pada hasil pengetesan atau
skornya.
Contoh: Skor yang diperoleh dari
hasil mengukur kemampuan mekanik akan menunjukkan kemampuan seseorang dalam
memegang dan memperbaiki mobil, bukan pengetahuan orang tersebut dalam hal yang
berkaitan dengan mobil. Tes yang mengukur pengetahuan tentang mobil bukanlah tes
yang sahih untuk mekanik. Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil
pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas
logis (logical validity) dan hal yang kedua diperoleh validitas empiris
(empirical validity). Dua hal inilah yang dijadikan dasar pengelompokan
validitas tes.
Secara garis besar ada dua macam
validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris.
a. Validitas
Logis
Istilah “validitas logis” mengandung
kata “logis” berasal dari kata “logika” atau validitas logis sering juga
disebut sebagai analisis kualitatif yaitu berupa penalaran atau penelaahan.
Dengan makna demikian maka validitas logis untuk sebuah instrumen yang memenuhi
persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang
terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik,
mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Sebagaimana pelaksanaan tugas lain
misalnya membuat sebuah karangan, jika penulisan sudah mengikuti aturan
mengarang, tentu secara logis karangannya sudah baik. Berdasarkan penjelasan
tersebut maka instrumen yang sudah disusun berdasarkan teori penyusunan
instrumen, secara logis sudah valid. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami
bahwa validitas logis dapat dicapai apabila instrumen disusun mengikuti
ketentuan yang ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa validitas logis
tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh sesudah instrumen
tersebut selesai disusun.
Ada dua macam validitas logis yang
dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu validitas isi dan validitas konstrak
(construct validity). Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk suatu
kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang
dievaluasi. Selanjutnya validitas konstrak sebuah instrumen menunjuk suatu
kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstrak aspek-aspek kejiwaan
yang seharusnya dievaluasi.
b. Validitas
Empiris
Istilah “validitas empiris” memuat
kata “empiris” yang artinya “pengalaman”. Sebuah instrumen dapat dikatakan
memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari
pengalaman. Sebagai contoh sehari-hari, seseorang dapat diakui jujur
oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut memang
jujur. Contoh lain, seseorang dapat dikatakan kreatif apabila dari pengalaman
dibuktikan bahwa orang tersebut sudah banyak menghasilkan ide-ide baru yang
diakui berbeda dari hal-hal yang sudah ada. Dari penjelasan dan contoh-contoh
tersebut diketahui bahwa validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan
menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi
harus dibuktikan melalui pengalaman.
Ada dua macam validitas empiris,
yakni ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menguji bahwa sebuah instrumen
memang valid. Pengujian tersebut dilakukan dengan membandingkan kondisi
instrumen yang bersangkutan dengan kriterium atau sebuah ukuran. Kriterium yang
digunakan sebagai pembanding kondisi instrumen dimaksud ada dua cara, yaitu
yang sudah tersedia dan yang belum ada tetapi akan terjadi di waktu yang akan
datang. Bagi instrumen yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang sudah ada
tersedia, yang sudah ada disebut memiliki validitas “ada sekarang”, yang ada
dalam istilah bahasa inggris disebut memiliki concurrent validity.
Selanjutnya instrumen yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang diramalkan
akan terjadi, disebut memiliki validitas ramalan atau validitas prediksi, yang
dalam istilah bahasa inggris disebut memiliki predictive validity.
3. Cara
Mengetahui Validitas Alat Ukur
Sekali lagi diulangi bahwa sebuah
tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam
arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik
yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product
moment yang dikemukakan oleh Pearson.
B. Reliabilitas
1. Pengertian
Reliabilitas
Menurut Masri Singarimbun,
realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali –
untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative
konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain,
realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala
yang sama.
Sudah diterangkan dalam persyaratan
tes, bahwa reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan
dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah,
perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
2. Cara
Mengetahui Reliabilitas Alat Ukur
Sekali lagi reliabilitas adalah
ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Untuk mengetahui
ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran hasil. Seperti halnya beberapa
teknik juga menggunakan rumus korelasi product moment untuk
mengetahui validitas, kesejajaran hasil dalam reliabilitas tes. Kriterium yang
digunakan untuk mengetahui ketetapan ada yang berada di luar tes (consistency
external) dan pada tes itu sendiri (consistency internal). Ada 3
macam untuk mengetahui reliabilitas alat ukur yaitu:
a. Cara
Pengukuran Ulang ( Metode Test-Reset Ralibility)
Metode tes ulang dilakukan orang
untuk menghindari penyusunan dua seri tes. Dalam menggunakan teknik atau metode
ini pengetes hanya memiliki satu seri tetapi dicobakan dua kali. Oleh karena
tesnya hanya satu dan dicobakan dua kali, maka metode ini dapat disebut
dengan single-test-double-trial method. Kemudian hasil dari kedua
kali tes tersebut dihitung korelasinya. Untuk tes yang banyak
mengungkap pengetahuan (ingatan) dan pemahaman, cara ini kurang mengena karena
tercoba akan masih ingat akan butir-butir soalnya. Oleh karena itu, tenggang
waktu antara pemberian tes pertama dengan kedua menjadi permasalahan tersendiri.
Jika tenggang waktu terlalu sempit, siswa masih banyak ingat materi. Tentu saja
hal ini akan berpengaruh pula terhadap reliabilitas.
Pada umumnya hasil tes yang kedua
cenderung lebih baik dari pada hasil tes pertama. Hal ini tidak mengapa karena
pengetes harus sadar akan adanya practice effect dan carry
over effect. Yang penting adalah adanya kesejahteraan hasil atau
ketetapan hasil yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang tinggi. Dalam
menggunakan cara ini, tes instrument yang dibuat satu seri tetapi dicobakan dua
kali. Kalau asli dari kedua tes tersebut sama atau relative sama maka
instrument tersebut reliable. Adapun langkah yang ditempuh pada uji
realibilitas ini sebagai berikut:
ü Menyusun
sebuah tes yang tersusun tersebut ( tahap I)
ü Mengujikan
tes yang tersusun tersebut (tahap II)
ü Menghitung
skor hasil tes tahap I
ü Mengujikan
ulang tes tersusun tersebut (tahap II)
ü Menghitung
skor hasil tes ulang (tahap I)
ü Menghitung
realibilitas tes tersebut dengan jalan mengkorelasi skor tes I dengan skor tes
II dengan rumus korelasi product Moment Pearson.
b. Cara
Mengukur Setara ( Metode Equivalent-From Relibility)
Tes paralel atau tes equivalent
adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan
susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dalam istilah bahasa Inggris
disebut alternative-form method (parallel forms). Dengan
metode bentuk parallel ini, dua buah tes yang paralel misalnya tes Matematika
seri A yang akan dicari reliabilitasnya dan tes seri B diteskan kepada
sekelompok siswa yang sama, kemudian hasilnya dikorelasikan. Koefisien korelasi
dari kedua hasil tes inilah yang menunjukkan koefisien reliabilitasnya tes seri
A. jika koefisiennya tinggi maka tes tersebut sudah reliable dan dapat
digunakan sebagai alat pengetes yang terandalkan.
Dalam menggunakan metode tes paralel
ini pengetes harus menyiapkan dua buah tes dan masing-masing dicobakan pada
kelompok siswa yang sama. Oleh karena itu, ada orang menyebutkan sebagai double
test-double-trial method. Penggunaan metode ini baik karena siswa
dihadapkan kepada dua macam tes sehingga tidak ada faktor “masih ingat soalnya”
yang dalam evaluasi disebut adanya practice-effect dan carry-over
effect, artinya ada faktor yang dibawa oleh pengikut tes karena sudah
mengerjakan soal tersebut. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa pengetes
pekerjaannya berat karena harus menyusun dua seri tes. Lagi pula harus tersedia
waktu yang lama untuk mencobakan dua kali tes.
Cara ini adalah cara mengukur
reliabilitas tes dengan jalan menyusun dua buah tes yang memiliki kemiripan
atau kesamaan. Walaupun tesnya tediri dari dua macam, namun hakikatnya isinya
mengukur hal yang sama dan alat ini keduanya juga sama. Cara ini juga dapat di
gunakan untuk mengetahui koefisien stabilitas tes dengan asumsi bahwa system
yang di ukur dengan tes tersebut tidak akan berubah dengan hanya digunakan dua
bentuk tes. Ada langkah yang di tempuh adalah:
ü Menyusun
dua buah tes yang sama
ü Menguji
kedua buah tes tersebut ( dalam waktu yang bersamaan atau beriringan)
ü Memberikan
skor hasil tes A dan tes B
ü Mencari
koefisien stabilitas kedua tes (A dan B) dengan jalan mencari korelasinya
melalui rumus korelasi product mement.
c. Cara
Pengukuran Belah Dua (Metode Split-Half Reliability)
Cara ini dipakai untuk mengetahui
tingkat reliabilitas tes dengan jalan membelah tes menjadi dua bagian dan skor
kedua belahan tersebut dikorelasikan dengan rumus tertentu. Cara membaginya
adalah dengan meletakan soal-soal tes bernomor ganjil pada tengahan I dan
soal-soal yang bernomor genap pada tengahan II. Jadi dengan sekali tes
diperoleh 2 hasil terpisah. Korelasi antara kedua hasil tersebut akan
memperlihatkan reliabilitas instrument tes tersebut. Adapun langkah-langkah
secara umum yang ditempuh untuk mencari reliabilitas tes ini adalah:
ü Menyusun
sebuah tes sebaiknya jumlah nomornya genap, sehingga jika dibelah jumlahnya
sama.
ü Mengujikan
tes tersebut pada satu sampel.
ü Menghitung
skor masing-masing peserta didik dalam dua kelompok skor, dapat dikelompokkan
skor ganjil dan skor genap, dapat juga dikelompokkan skor belahan atas dan skor
belahan bawah.
ü Mencari
reliabilitas setengah tes dengan jalan mengkorelasikan kedua skor tersebut
dengan rumus product moment, atau mencari deviasi pada belahan ganjil genap.
Kelemahan penggunaan metode dua-tes
dua kali percobaan dan satu-tes dua kali percobaan diatasi dengan metode ketiga
ini yaitu metode belah dua. Dalam menggunakan metode ini pengetes hanya
menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Oleh karena itu, disebut juga
single-test-single-trial method. Berbeda dengan metode pertama dan kedua yang
setelah diketemukan koefisien korelasi langsung ditafsirkan itulah koefisiensi
reliabilitas, maka dengan ketiga metode ini tidak dapat demikian. Pada waktu
membelah dua dan mengkorelasikan dua belahan, baru diketahui reliabilitas
separo tes.
Banyak sekali hal yang dapat
mempengaruhi hasil tes. Namun secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3
hal, yaitu:
1. Hal
yang berhubungan dengan tes itu sendiri
Yaitu panjang tes dan kualitas
butir-butir soalnya. Tes yang terdiri dari banyak butir, tentu saja lebih valid
dibandingkan dengan tes yang hanya terdiri dari beberapa butir soal. Tinggi
rendahnya validitas menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas tes. Kualitas
butir-butir soal ditentukan oleh:
a. Jelas
tidaknya rumusan soal.
b. Baik-tidaknya
pengarahan soal kepada jawaban sehingga tidak menimbulkan salah jawab.
c. Petunjuknya
jelas sehingga mudah dan cepat dikerjakan.
2. Hal
yang berhubungan dengan tercoba (testee)
Suatu tes yang dicobakan kepada
kelompok yang terdiri dari banyak siswa akan mencerminkan keragaman hasil yang
menggambarkan besar-kecilnya reliabilitas tes. Tes yang dicobakan kepada bukan
kelompok terpilih, akan menunjukkan reliabilitas yang lebih besar daripada yang
dicobakan pada kelompok tertentu yang diambil secara dipilih.
3. Hal
yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes
Sudah disebutkan bahwa faktor
penyelenggaraan tes yang bersifat administrative sangat menentukan hasil tes.
Contoh:
a. Petunjuk
yang diberikan sebelum tes dimulai akan memberikan ketenangan kepada para
tes-tes dalam mengerjakan tes, dan dalam penyelenggaraan tidak akan banyak
terdapat pertanyaan. Ketenangan ini tentu saja akan berpengaruh terhadap hasil
tes.
b. Pengawas
yang tertib akan mempengaruhi hasil yang diberikan oleh siswa terhadap tes.
Bagi siswa-siswa tertentu adanya pengawasan yang terlalu ketat menyebabkan rasa
jengkel dan tidak dapat dengan leluasa mengerjakan tes.
c. Suasana
lingkungan dan tempat tes (duduk tidak teratur, suasana disekelilingnya ramai
dan sebagainya) akan mempengaruhi hasil tes.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari isi
makalah di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Suatu
alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut
memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatan atau validitasnya dan ketetapan
atau keajegannya atau reliabilitasnya.
b. Validitas
berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga
betul-betul menilai apa yang yang seharusnya dinilai. Penilaian tersebut tidak
tepat (valid). Alat penilaian yang telah valid untuk suatu tujuan tertentu
belum otomatis akan valid untuk tujuan yang lain.
c. Reliabilitas
berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai
taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang
tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan
hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat
dikatakan tidak berarti.
d. Validitas
terkait dengan ketepatan objek yang tidak lain adalah tidak menyimpangnya data
dari kenyataan, artinya bahwa data tersebut benar, maka konsep reliabilitas
terkait dengan pemotretan berkali-kali.
B.
Saran
Demikianlah makalah ini kami buat,
semoga apa yang telah disajikan akan memberikan ilmu dan informasi. Selanjutnya
demi kesempurnaan makalah ini kami memohon saran dan kritik guna memperbaiki
dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Moh. Yasin Fahri. 2009. Sistem
Evaluasi Pembelajaran, Sultan Amai Press IAIN Sultan Amai Gorontalo.
http://mathsamah1989.blogspot.com/2012/10/validitas-dan-reliabilitas-tes-hasil.html.
http://merlitafutriana0.blogspot.com/p/validitas-dan-reliabilitas.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar