contoh makalah sosiologi pendidikan
rekan rekan maha siswa yang terhormad,apakah anda sedang mendapat tugas dari dosen anda untuk mengerjakan tugas makalah tentang sosiologi pendidikan,tidak usah bingung ,berikut contoh makalah sosiologi pendidikan......
KATA
PENGANTAR
Basmillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur penyusun
panjatkan kehadirat ilahirobi,karena denga izin-Nya akhirnya penyusun dapat
menyelesaikan karya tulis ini dengan judul “PENDIDIKAN DAN HUBUNGAN ANTAR
KELOMPOK”karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat penilaian untuk
memenuhi tugas pembelajaran Sosiologi Pendidikan.
Penyusun menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh
dari sempurna karena masih banyak terdapatnya kekurangan dan kesalan dalam
berbagai hal, sehingga penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun bagi perbaikan di masa yang akan datang.
Dalam menyelesaikan karya tulis ini penyusun
mendapatkan bantuan berupa bimbingan, nasehat dan motipasi dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak.
Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda
kepada semua pihak yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan karya tulis ini. Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat
khususnya bagi pembaca, agama dan perkembangan ilmu pengetahuan di negri kita
tercinta.
Baturaja ,20 Maret 2018
Kelompok IV
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Pendidikan di sekolah bukan hanya ditentukan oleh
usaha murid secara individual atau berkat interaksi murid dan guru dalam proses
belajar mengajar, bisa juga oleh interaksi antar lingkungan kelompok sosialnya,
anak itu brbeda-beda bukan karena hanya beda bakat dan pembawaannyaakan tetapi
karena pengaruh lingkungan sosial yang berlainan. Ia datang kesekolah dengan
membawa kebudayaan rumah tangganya, yang mempunyai corak tertentu yang
bergantung antara pada golongan atau setatus sosial, kesukuan, agama
nilai-nilai dan aspirasi orang tua nya. Di sekolah anak memilih teman, kelompok
atau kliknya pada duatu sat mempemgaruhi tingkah lakunya.
Anak selanjutnya di
pengaruhi oleh kepala sekolah dan guru, yang masing-masing mempunyai
kepribadian sendiri-sendiri antara ain terbentuk ts berbgai golongan sosia dari
mana ia berasal dan orang-orang pilihannya sebgai teman kelompoknya bergaul,
Kepribadian guru
mempengaruhi suasna kela, kebebasan yng dinikmati anak dalam mengelurkan buah
pikirannya dan mengembngkan kreativitasnya atau prkembangan dan ketrbatasan
yang di alaminya dalam perkembangan pribadinya. Guru juga terbatas dalam
kebebasanya menurut pribadi kepala sekolah dalam sikpnya terhadap atasannya.
Pendidikan sendiri
dapat dipandang senbagai sosialisasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Maka
karena itu sudah sewajarnya seorang pendidik berusaha menganalisis lapangan
pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan antar-manusiawidalam keluarga
di sekolah, di luar sekolah, dalam masyarakat dan sosial-soaial sistemnya.
- Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan ini agar dapat merubah sudut
pandang kita terhadap prasangka dan bagaimana cara kita menyikapi prasangka
yang ada yang menjadi hubungan pandidikan antar-kelompok dan dengan ini bisa
menciptakan kemakmuran serta kerukunan di antara umat manusia.
- Ruang
Lingkup Masalah
Di dalam pembahasan materi tentang pendidikan dan
hubungan antar-kelompok oleh karena itu sekiranya perlu adanya
pembatasan-pembatasan dalam ruang lingkup masalah yaitu sekitar pendidikan dan
hubungan antar kelompok disekolah
- Perumusan
Masalah
Setelah penulis meninjau dan menela’ah dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang ada maka penulis untuk menjawabanya meninjau
dari aspek-aspek berikut :
- PRASANGKA
DALAM HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK
Prasangka sebagai
sesuatu yang di pelajari
Prasangka sebagai
alat mencapai tujuan praktis
Prasangka sebagai
aspek pribadi
Pendekatan multi
dimensional
- PENDIDIKAN
UMUM DAN HUBUNGAN ANTAR-KELOMPOK
- STRUKTUR
HUBUNGAN ANTAR-KELOMPOK DI SEKOLAH
- USAHA
MEMPERBAIKI HUBUNGAN ANTAR KELOOMPOK DI SEKOLAH
- EFEKTIVITAS
PENDIDIKAN ANTAR-GOLONGAN
- EFEKTIVITAS
PENNDIDIKAN
- DASAR-DASAR
BAGI PENDIDIKAN ANTAR-GOLONGAN
BAB
II
PENDIDIKAN
DAN HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK
- PRASANGKA
DALAM HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK
Bemacam-macamteori telah dikemukakan untuk menjelaskan
gejala prasangka. Penjelasan paling dahulu ialah prasangka sebagai suatu yang
“wajar” yang dengan sendirinya timbul bila terjadi hubungan antara dua kelompok
yang berlainan. Perasaan itulah menimbulkan etnosentrisme yaitu prasangka
loyalitas terhadap kelompok sendiri dan rasa bermusuhan terhadap semua yang
mengancam rasa kekompakan itu.
Apa yang dimaksud dengan “kesamaan” dalam kelompok
tidak selalu jelas, sering yang dijadikan ciri kesamaan atau ketidak samaan
hal-hal yang secara visual sangan menonjol seperti warna kulit. Perbedaan
kebudayan juga tidak mem berikan penjelasan yang memuaskan tentang prasangka.
Dalam kelompok yang sama terdapat perbedaan-perbedaan
andividu. Sebaliknya antar dua kelompok berbeda terdapat rasa perdsahabatan
yang mendalam. Adapula kelompok-kelompok yang tidak menunjukan rasa prasangka
terhadap bangsa lain, seperti halnya di kalangan suku-suku premitif. Teori lain
yang di ungkapkan oleh Dollard ialah adanya insting agresi pada manusia. Freud
menggunakan istilah “insting mati” yaitu rasa benci yang universal pada
seseorang. Menurut Dolard setiap anak dalam kebudayaan mengalami frustasi
karena tidak diizinkan melakukan sesuka hatinya. Frustasi ini menimbulkan
kecenderungan agresi dalam hidup selanjutnya.
- Prasangka
sebagai sesuatu yang di pelajari
Teori ini memadang prasangka sebagai hasil proses
belajar seperti halnya dengan sikap-sikap lain yang terdapat pada manusia.
Sikap senang atau tidak senang terhadap glongan lain adalah hasil pengalaman
pribadi yang berlangsung lama atau berdasarkan pengalaman traumatis. Tapi
prasangka tidak selalu timbul karena pengalaman pribadi akan tetapi sering atas
pengaruh sikap yang pada umumnya terdapat dalam lingkungan khususnya di rumah
dan sekolah.
- Prasangka
sebagai alat mencapai tujuan praktis
Alasan ini mudah di pahami. Golongan dominan ingin
menyingkirkan golongan minoritas dari dunia persaingan. Pada zaman “gold rush”
di kali fornia (± 1850) orang cina sangat di hargai sebagai warga negara yang
rajin, tertib, hemat, dan patuh akan peraturan, dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan dan pujia-pujian lainnya karena mereka melakukan pekerjaan membantu
pekerjaan pencari emas dengan usaha
membut sepatu, menjahit pakaian, membuka restoran dan
lain sebagainya. Setelah ternyata pekerjaan mencari emas tidak menguntungkan
banyak orang, mereka mencarinafkahnya dengan pekerjaan yang telah diambil orang
cina. Maka orang cina sekarang menjadi saingan dalam bidang ekonomi dengan
perubahan maka berubah pula lah pendapatan orang cina kemudian mereka cap sebagai
orang yang membentuk lelompok-kelompok tersendiri, misalkan dari masyarakat
umumnya , licik, suka mebentuk perkumpulan-perkumpulan rahasia yang
membahayakan, yang mengirim emas kenegara leluhurnya, menyelundupkan candu,
menyebarkan prostitusi dan perjudian. Oleh karena itu kalifornia harus
diamankan terhadap bahaya negara mongol!.
Perubahan yang radikal ini tidak di sebabkan oleh
pengruh struktur penduduk, tidak disebabkan oleh pengalaman pribadi yang baru,
tidak dengan timbulnya sifat agresif orang kulit putih, tidak pula di sebabkan
kesadaran instinktif atas kesaman kelompok sendiri. Tapi semua itu karena
perubahan strutur ekonomi. Ada pula mencari harga diri pribadi pada prasangka,
pada umumnya orang tidak mau terang-terangan mengakui bahwa ia berprasangka dan
biasanya mencari perlindungan di belakang alesan-alesan yang mulia.
- Prasangka
sebagai aspek pribadi
Menurut penelitian murphy dan likert, ada orang yang
mempunyi pribdi yang berprasangka. Ia tidak hanya berprasangka terhadap orang
yahudi, tetpi terhdp orang cina, orang yang beragama lain, dan berbgai macam
prasangka lainnya. Orang yang berprasangka terhadap “orang asing” akan
memperluasnya terhadap kelompok-kelompok lain. Jadi ada kemungkinan bahwa
prasangka tidak semata-mata di karenakan oleh kelakuan kelompok lain. Tetapi
berdasarkan kepribadian dirinya masing-masing, maka kepribadian sangat penting
bila kita ingin memahami hakekat dan perkembangan prasangka.
- Pendekatan
multi dimensional
Dari berbagai faktor yang dapat menimbulkan prasangka bisa
kita ambil kesimpulan bahwa untuk memahami prasangka harus dengan cara multi
dimensional karena faoktor-faktor itu sering bertalian antara satu dengan yang
lainnya seperti faktor eonomi dan psikologi saling berhubungan. Dalam
membicarakan prasangka dalam hubungan antar-kelompok perlu kita ketahui bahwa
prasangka bukanlah suatu instink yang di bawa lahir melainkan sesuatu yang di
pelajari.
- PENDIDIKAN
UMUM DAN HUBUNGAN ANTAR-KELOMPOK
Menurut penelitian makin tingi pendidikan seseorang
makinkurang prasangkanya terhadap orang lain. Jika penelitian itu benar mak
pendidikan harus di tingkatkan
sampai taraf yang setingginya untuk menghilangkan
prasangka itu. Namun ada beberapa alesan cita-cita itu tidak tercapai, dua
orang yang sama-sama sarjana mungkin sekali mempunyai prasangka yang
berbeda-beda, orang yang pertama hidup dengan bahagia tidak banyak mengalami
frustasi dan toleran terhadap golongan-golongan lain. Orang yang kedua hidup
dengan keadaan keluarga yang keras yang harus bersaing dengan kelompok-kelompok
lain, orang pertama terdidik dari kecil dengan suasana toleran. Pendidikan
formal tidak akan merubah sikap orang kedua yang telah terdidik sejak kecil
dalam suasana berprasangka terhadap orang lain dan dalam sanubarinya juga tidak
akan banyak sikap yang dapat diubah oleh pendidikan. Ini bukan berrti
pendidikan di sekolah tidak ada pengaruhnya, pendidikan dapat menetukan
faktorkedudukan, rasa harga diri, rasa ketentraman yang menentukan prasangka.
Ada kemungkinan adapula mengurangi tetapi pula memperkuat prasangka.
- STRUKTUR
HUBUNGAN ANTAR-KELOMPOK DI SEKOLAH
Sekolah biasanya terlalu terlampau memusatkan pada
pendidikan akademis. Salah satu aspek yang perlu di perhatikan ialah memupuk
hubungan sosial di kalangan murid-murid dan antar golongan. Kebanyakan negara
mempunyai kedudukan yang multi rasial, menganut agama yang berbeda-beda, dan
mengikuti adat kebiasaan yang berlainan. Guru-guru hendaknya memperhatikan
struktur golongan-golongan di kalangan murid-muridnya. Apakah anak-anak yang
dari daerah tertentu, yang berasal dari keturunan asing atau yang berlainan
agama di perlakukan dengan cara yang tidak wajar, diancam atau di perkeras, di
singkirkan dari kegiatan tertentu.
- USAHA-USAHA
MEMPERBAIKI HUBUNGAN ANTAR-KELOMPOK DI SEKOLAH
Tiap sekolah perlu memperbaiki hubungn antar-murid dan
antar-kelompok, terlebih-lebih jika terdapat jika terdapat di dalamnya golongan
minoritas. Kebanyakan usaha dalam perbaikan hubungan antar-kelom pok mengandung
unsur “penggugahan nilai dan sikap” individu oleh sebab sekolah tidak mampu
mengubah keadaan sosial dan prasangka yang telah ada dalam masyarakat. Mungkin
cara yang paling sering di lakukan ialah dengan memberi informasi. Sikap
terhadap perbedaan kelompok dapat mengalami perubahan dalam hidup seseorang
selanjutnya berkat berbagai situasiyang di alaminya, informasi mengenai
informasi tentang perbedaan dan kesamaan manusia juga diperoleh murid dalam
pembelajaran biologi dan imu sosial. Juga informasi tantang sumbangan minoritas
kepda masyarakat. Agama dapt dijadikan pandngan untuk memandang semua manusia
sama karena mereka semua sama di ahadpan tuhan. Juga UUD 1945 mengakui kesamaan
hak setiap warga negara tanpa memandang
agama, kesukuan, kebangsaaan atau warna kulit. Guru
juga dapat mengemukakan contoh-cntoh tokoh-tokoh besar yang menunjukan
toleransi besar ter hadap manusia. Atau mengemukakan tokoh-tokoh olah raga,
musik, dan lain-lain yang berasal dari golongan minoritas yang membawa
keharuman bagi negara berkat prestasi yang gemilang. Teknik lain untk merubah
sikap ialah membuka kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengadakan hubungan
antar murid-murid dari berbagai golongan. Metode lain yang muungkin banyak di
gunakan ialah sosiodrama atau teknik bermain peran.
- EFEKTIVITAS
PENDIDIKAN ANTAR-GOLONGAN
Usaha-usaha perbaikan hubungan antar-kelompok seperti
yang di kemukakan di atas didasarkan atas anggapan atau asumsi tertentu.
Pertama : dianggap
bahwa prasangka disebabkan oleh kurangnya penetahuan.
Kedua : bahwa
pengalaman di sekolah dapat mengubah kelakuanya di luar sekolah dan
situasi-situasi lain.
Ketiga : bahwa
hubungan pribadi dengan anggota kelompok lain akan mengurangi prasangka .
apakah ini akan terjadi antara lain bergantung pada keadaan hubunguan terjadi,
hubungan yang terjadi dalam kondisi khusus.
- EFEKTIVITAS
PENDIDIKAN
Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap anak-anak yang
mempunyai asal kebangsaanyang sama? Bahwa sekolah merpakan lembaga yang efektif
untuk mengurangi prasangka tidak dapat didukung dengan bukti-bukti yang
meyakinkan. Menurut penelitian orang dewasa yang lebih tinggi pendidikannya
menunjukan sikap yang lebih toleran terhadap kelompok minoritas.
Efektifitas program
khusus tentang hubungan antar-kelompok tidak mudah dinilai. Kebudayaan program
itu bercorak pemberian informasi kemudian di uji dengan tes tulis. Perlu kita
sadari bahwa sekolah hanya salah salah satu dari sejumlah daya-daya sosial yang
mempengaruhi hubungan antar golongan. Pendidikan dan pengaruh yang di peroleh
anak dalam rumah tangga pergaulan dengan taman-temannya dan interaksi sosial
sering lebih kuat bahkan Sekolah hampir tak berdaya.
- DASAR-DASAR
BAGI PENDIDIKAN HUBUNGAN ANTAR-GOLONGAN
Program-program tentang hubungan antar-golongan dapat
di lakukan menurut pola pelajaran lainnya, yakni dengan menyampaikan informasi
seperti pelajaran sejarah, geografi, dan lain-lain.namun apakah pendidikan
tidak sebaiknya di kaitkan dengan
berbagai teori tentang prasangka. Bila kita anggap
prasangka di sebabkan oleh rasa frustasi agresi seperti terdapat dalam pribadi
otoriter maka perlu di perhtikan pedidikan anak dalam rumah tangga sejak kecil.
Bila kita anggap prasangka timbul oleh persaingan dalam mencari keuntungan,
status, kekuasaan yang terdapat dalam sisitem politik ekonomi, maka di sekolah
dapat diajarkan prestasi seseorang ditentukan oleh usaha dan kemampuannya.
Prasangka dapat pula menjadi aspek kebudayaan yang di peroleh melelui proses
sosialisasi, melalui situasi-situasi yang di hadapi anak dalam hidupnya.
BAB
III
KESIMPULAN
- PRASANGKA
DALAM HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK
Bemacam-macamteori telah dikemukakan untuk menjelaskan
gejala prasangka. Penjelasan paling dahulu ialah prasangka sebagai suatu yang
“wajar” yang dengan sendirinya timbul bila terjadi hubungan antara dua kelompok
yang berlainan.
Prasangka sebagai
sesuatu yang di pelajari
Teori ini memadang
prasangka sebagai hasil proses belajar seperti halnya dengan sikap-sikap lain
yang terdapat pada manusia.
Prasangka sebagai
alat mencapai tujuan praktis
. Golongan dominan
ingin menyingkirkan golongan minoritas dari dunia persaingan.
Prasangka sebagai
aspek pribadi
ada kemungkinan bahwa
prasangka tidak semata-mata di karenakan oleh kelakuan kelompok lain. Tetapi
berdasarkan kepribadian dirinya masing-masing, maka kepribadian sangat penting
bila kita ingin memahami hakekat dan perkembangan prasangka.
Pendekatan multi
dimensional
untuk memahami
prasangka harus dengan cara multi dimensional karena faoktor-faktor itu sering
bertalian antara satu dengan yang lainnya
- PENDIDIKAN
UMUM DAN HUBUNGAN ANTAR-KELOMPOK
Menurut penelitian makin tingi pendidikan seseorang
makinkurang prasangkanya terhadap orang lain. Jika penelitian itu benar mak
pendidikan harus di tingkatkan sampai taraf yang setingginya untuk
menghilangkan prasangka itu. Namun ada kemungkinan adapula mengurangi tetapi
pula memperkuat prasangka.
- STRUKTUR
HUBUNGAN ANTAR-KELOMPOK DI SEKOLAH
Sekolah biasanya terlalu terlampau memusatkan pada
pendidikan akademis. Salah satu aspek yang perlu di perhatikan ialah memupuk
hubungan sosial di kalangan murid-murid dan antar golongan, Guru-guru hendaknya
memperhatikan struktur golongan-golongan di kalangan murid-muridnya.
- USAHA
MEMPERBAIKI HUBUNGAN ANTAR KELOOMPOK DI SEKOLAH
Kebanyakan usaha dalam perbaikan hubungan antar-kelom
pok mengandung unsur “penggugahan nilai dan sikap” individu oleh sebab sekolah
tidak mampu mengubah
keadaan sosial dan prasangka yang telah ada dalam
masyarakat. Mungkin cara yang paling sering di lakukan ialah dengan memberi
informasi. Sikap terhadap perbedaan kelompok dapat mengalami perubahan dalam
hidup seseorang selanjutnya berkat berbagai situasi yang di alaminya,
- EFEKTIVITAS
PENDIDIKAN ANTAR-GOLONGAN
Usaha-usaha perbaikan hubungan antar-kelompok seperti
yang di kemukakan di atas didasarkan atas anggapan atau asumsi tertentu.
Pertama : dianggap
bahwa prasangka disebabkan oleh kurangnya penetahuan.
Kedua : bahwa
pengalaman di sekolah dapat mengubah kelakuanya di luar sekolah dan
situasi-situasi lain.
Ketiga : bahwa
hubungan pribadi dengan anggota kelompok lain akan mengurangi prasangka .
apakah ini akan terjadi antara lain bergantung pada keadaan hubunguan terjadi,
hubungan yang terjadi dalam kondisi khusus.
- EFEKTIVITAS
PENNDIDIKAN
Pendidikan dan pengaruh yang di peroleh anak dalam
rumah tangga pergaulan dengan taman-temannya dan interaksi sosial sering lebih
kuat bahkan Sekolah hampir tak berdaya.
- DASAR-DASAR
BAGI PENDIDIKAN HUBUNGAN ANTAR-GOGLONGAN
Program-program
tentang hubungan antar-golongan dapat di lakukan menurut pola pelajaran
lainnya, yakni dengan menyampaikan informasi seperti pelajaran sejarah,
geografi, dan lain-lain.namun apakah pendidikan tidak sebaiknya di kaitkan
dengan berbagai teori tentang prasangka. Bila kita anggap prasangka di sebabkan
oleh rasa frustasi agresi seperti terdapat dalam pribadi otoriter maka perlu di
perhtikan pedidikan anak dalam rumah tangga sejak kecil. Bila kita anggap
prasangka timbul oleh persaingan dalam mencari keuntungan, status, kekuasaan
yang terdapat dalam sisitem politik ekonomi, maka di sekolah dapat diajarkan
prestasi seseorang ditentukan oleh usaha dan kemampuannya. Prasangka dapat pula
menjadi aspek kebudayaan yang di peroleh melelui proses sosialisasi, melalui
situasi-situasi yang di hadapi anak dalam hidupnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hartoto. 2008.
Pendidikan dan Hubungan Antar Kelompok (Online)(http://www.docstoc.com/docs/26438214/Pendidikan-dan-hubungan-antar-kelompok,
diakses 09 Maret 2010
Nasution, S. . 1994.
Sosiologi Pendidikan Ed.2 Cet.1. Jakarta: Bumi Aksara Robinshon, Philip.
Sunarto, Kamanto.
2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
M. Hernki, James.
2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi –Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
H. Guawan, Ary. 2000.
Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis tentang Pelbagai problem Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta
Hasbullah. 2005.
Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Robinshon, Philip.
1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan – Terjemahan Ed.1 Cet.1.
Jakarta: CV. Rajawali
Syani, Abdul. 2007.
Sosologi, Skematika, teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.
Tirtarahardja, Umar,
& La Sulo,S.L.. 2005. Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka
Cipta.
Soekanto, Soerjono.
2006. Sosologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.